Manusia Langka

Sabtu, 23 Maret 2013

Cerpen
Karya   : Dennis Maulana

            Ditengah-tengah kerumunan kota, tampak sosok pemuda tampan dan tinggi sedang mengamati keadaan dilingkungan sekitar kota sambil memegang sebuah kamera. Dia adalah sosok yang bernama lengkap Ghandur Nashir, akrab disapa Nashir. Dia adalah seorang sastrawan sekaligus pengamat sosial yang namanya sering muncul di media cetak. Tulisan yang sedang ramai dibicarakan baru-baru ini oleh banyak orang yang dimuat dari salah satu koran dan majalah ternama ialah berjudul ‘Manusia Langka’. Judul yang mengandung makna dan menarik simpati banyak orang ini, menjadi bahan pembicaraan di berbagai media. Di dalam tulisannya itu ia berpendapat, bahwa manusia dimuka bumi ini sudah langka dan akan menuju pada kepunahan. Terus terang, lantas aku bertanya-tanya. Mengapa manusia di muka bumi ini yang sedang padat-padatnya malah di bilang langka olehnya?. Lantas aku bergegas ingin bertemu dengan sosok pemuda itu untuk bertanya secara langsung mengenai tulisan yang dibuat olehnya.


            Tanpa disengaja, ketika aku sedang berjalan-jalan di pusat kota, aku melihat Nashir sedang duduk di bangku cafe sembari mengetik sebuah tulisan di laptopnya. Dan sepertinya aku tidak salah lihat. Tapi entah mengapa banyak orang yang di sekelilingnya seperti tidak tahu bahwa ada sosok pemuda yang sedang ramai di bicarakan oleh publik itu sedang berada di sekitar mereka. Tanpa berpikir panjang, aku langsung bergegas menghampiri pemuda itu.
“Maaf permisi, apakah Anda benar bernama lengkap Ghandur Nashir?” tanya aku sembari menjulurkan untuk berjabat tangan.
“Ya benar saya sendiri” jawabnya.
“Saya adalah Abdurrahman berprofesi sebagai penulis. Saya ingin meminta penjelasan dari tulisan yang Anda buat di salah satu koran dan majalah ternama yang berjudul ‘Manusia Langka’, apakah boleh?” tanyaku.
“Oh tentu, saya akan menunjukkan sebuah rekaman singkat yang saya dapatkan dari hasil pengamatan saya. Semoga Anda dapat mehnyimpulkannya sendiri” kata pemuda yang bernama Nashir itu sembari menunjukkan rekaman yang tersimpan di laptopnya.

            Dapat saya lihat disana pada rekaman kesatu, tampak di keramaian kota terlihat seorang nenek tua sedang berdiri di pinggir jalan membutuhkan pertolongan kepada orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Tampaknya dia sedang amat gelisah. Sudah cukup lama dia meminta pertolongan, namun orang-orang di sekitar tak ada yang peduli padanya. Tak lama kemudian, lewatlah seorang anak kecil berseragam SD yang sepertinya baru pulang dari sekolah menghampiri nenek itu. Dan ternyata nenek itu ingin menuju ke sebrang jalan. Namun ia tidak berani lantaran ramainya kendaraan yang berlalu lalang seperti tak ada henti-hentinya. Kemudian anak kecil itu menuntun nenek tua itu untuk membantunya menyebrangi jalan melalui zebra cross. Sungguh mulia sekali hati anak kecil itu. Usianya masih sangat muda, namun ia sangat peduli kepada orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Sekolahnya masih dasar, namun tindakannya sungguh luar biasa. Tidak seperti orang-orang dewasa yang lewat begitu saja seakan telinganya tak mendengar dan nuraninya pun tak tersentuh.

            Kemudian saya melihat pada rekaman kedua, tampak sekumpulan remaja yang pola hidupnya bergaya kebarat-baratan. Dari cara berpakaiannya, bertutur katanya, makannya dan mereka lebih menyukai dan meniru budaya luar ketimbang budayanya sendiri. Namun diantara sekumpulan remaja itu, terlihat satu sosok remaja yang tetap mencintai ciri khas bangsanya sendiri. Yaitu berpakaian tertutup, santun dan sederhana. Serta dia termasuk remaja yang aktif mengikuti kegiatan di sekolah dalam berpartisipasi melestarikan budaya bangsanya sendiri.

            Pada rekaman ketiga, terdapat beberapa gambaran disana. Terlihat banyak sekali orang-orang yang mengaku beragama muslim lebih gemar membaca buku hingga beratus-ratus halaman tebalnya dapat selesai hanya dalam jangka waktu sekitar 2 jam. Namun mereka sangat enggan membaca satu lembar Al-Qur’an sekali pun. Padahal isinya itu dibuat langsung dari Allah, bukan manusia. Seakan-akan Al-Qur’an itu dirumahnya hanya seperti pajangan saja yang tertumpuk hingga berdebu menandakan bahwa Al-Qur’an itu jarang sekali di baca. Dan terlihat lagi remaja-remaja muslim sekarang ini lebih banyak mendatangi acara-acara konser musik yang hingar bingar dari pada mendatangi tabligh Akbar maupun pengajian-pengajian. Hanya sebagian kecil remaja saja yang tetap berpegang teguh pada agamanya. Karena zaman sekarang, sebagian remaja beranggapan bahwa sesuatu yang sangat jauh melenceng dari agama itu dianggap gaul, keren. Trend atau sebagainya. Sedangkan sesuatu yang mendekatkahn diri pada pada agamanya di anggap kampungan, cupu, kuno atau sebagainya. Dan hanya sebagian kecil remaja saja yang tetap teguh menjalankan perintah-Nya.

            Setelah aku selesai melihat sebagian kecil dari gambaran tadi, pemuda itu langsung menutup semua rekamannya “Bagaimana? Apakah Anda sudah dapat menyimpulkannya sendiri?” tanya pemuda itu kepadaku.
“Saya paham sekarang! Bahwa yang di maksud manusia langka ialah sosok yang patut dicontoh dan diteladani itu jumlahnya sangat sedikit. Sesuatu yang baik dan benar itu sedikit sekali pengikutnya, sedangkan sesuatu yang salah dan melenceng itu sangat banyak sekali pengikutnya. Apabila tidak dipertahankan dan dikembangkan, sesuatu yang baik itu akan langka bahkan punah sama sekali dan itu pasti akan terjadi, entah itu kapan masanya. Hanya kita yang dapat menentukan nasib kita sendiri. Tinggal pilih, mau berubah atau punah!” jawab aku menyimpulkan.
“Benar! Itu semua sangat bisa di interpretasikan!” tutup kata pemuda itu singkat.

0 komentar:

Posting Komentar