Cerpen
Karya : Dennis Maulana
Ditengah-tengah
kerumunan kota, tampak sosok pemuda tampan dan tinggi sedang mengamati keadaan
dilingkungan sekitar kota sambil memegang sebuah kamera. Dia adalah sosok yang
bernama lengkap Ghandur Nashir, akrab disapa Nashir. Dia adalah seorang
sastrawan sekaligus pengamat sosial yang namanya sering muncul di media cetak.
Tulisan yang sedang ramai dibicarakan baru-baru ini oleh banyak orang yang
dimuat dari salah satu koran dan majalah ternama ialah berjudul ‘Manusia
Langka’. Judul yang mengandung makna dan menarik simpati banyak orang ini,
menjadi bahan pembicaraan di berbagai media. Di dalam tulisannya itu ia
berpendapat, bahwa manusia dimuka bumi ini sudah langka dan akan menuju pada
kepunahan. Terus terang, lantas aku bertanya-tanya. Mengapa manusia di muka
bumi ini yang sedang padat-padatnya malah di bilang langka olehnya?. Lantas aku
bergegas ingin bertemu dengan sosok pemuda itu untuk bertanya secara langsung
mengenai tulisan yang dibuat olehnya.
Tanpa disengaja, ketika aku sedang
berjalan-jalan di pusat kota, aku melihat Nashir sedang duduk di bangku cafe
sembari mengetik sebuah tulisan di laptopnya. Dan sepertinya aku tidak salah
lihat. Tapi entah mengapa banyak orang yang di sekelilingnya seperti tidak tahu
bahwa ada sosok pemuda yang sedang ramai di bicarakan oleh publik itu sedang
berada di sekitar mereka. Tanpa berpikir panjang, aku langsung bergegas
menghampiri pemuda itu.
“Maaf
permisi, apakah Anda benar bernama lengkap Ghandur Nashir?” tanya aku sembari
menjulurkan untuk berjabat tangan.
“Ya
benar saya sendiri” jawabnya.
“Saya
adalah Abdurrahman berprofesi sebagai penulis. Saya ingin meminta penjelasan
dari tulisan yang Anda buat di salah satu koran dan majalah ternama yang
berjudul ‘Manusia Langka’, apakah boleh?” tanyaku.
“Oh
tentu, saya akan menunjukkan sebuah rekaman singkat yang saya dapatkan dari
hasil pengamatan saya. Semoga Anda dapat mehnyimpulkannya sendiri” kata pemuda
yang bernama Nashir itu sembari menunjukkan rekaman yang tersimpan di
laptopnya.
Dapat saya lihat disana pada rekaman
kesatu, tampak di keramaian kota terlihat seorang nenek tua sedang berdiri di
pinggir jalan membutuhkan pertolongan kepada orang-orang yang berlalu lalang di
sekitarnya. Tampaknya dia sedang amat gelisah. Sudah cukup lama dia meminta
pertolongan, namun orang-orang di sekitar tak ada yang peduli padanya. Tak lama
kemudian, lewatlah seorang anak kecil berseragam SD yang sepertinya baru pulang
dari sekolah menghampiri nenek itu. Dan ternyata nenek itu ingin menuju ke
sebrang jalan. Namun ia tidak berani lantaran ramainya kendaraan yang berlalu
lalang seperti tak ada henti-hentinya. Kemudian anak kecil itu menuntun nenek
tua itu untuk membantunya menyebrangi jalan melalui zebra cross. Sungguh mulia
sekali hati anak kecil itu. Usianya masih sangat muda, namun ia sangat peduli
kepada orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Sekolahnya masih dasar, namun
tindakannya sungguh luar biasa. Tidak seperti orang-orang dewasa yang lewat
begitu saja seakan telinganya tak mendengar dan nuraninya pun tak tersentuh.
Kemudian saya melihat pada rekaman
kedua, tampak sekumpulan remaja yang pola hidupnya bergaya kebarat-baratan.
Dari cara berpakaiannya, bertutur katanya, makannya dan mereka lebih menyukai
dan meniru budaya luar ketimbang budayanya sendiri. Namun diantara sekumpulan
remaja itu, terlihat satu sosok remaja yang tetap mencintai ciri khas bangsanya
sendiri. Yaitu berpakaian tertutup, santun dan sederhana. Serta dia termasuk
remaja yang aktif mengikuti kegiatan di sekolah dalam berpartisipasi
melestarikan budaya bangsanya sendiri.
Pada rekaman ketiga, terdapat
beberapa gambaran disana. Terlihat banyak sekali orang-orang yang mengaku
beragama muslim lebih gemar membaca buku hingga beratus-ratus halaman tebalnya
dapat selesai hanya dalam jangka waktu sekitar 2 jam. Namun mereka sangat
enggan membaca satu lembar Al-Qur’an sekali pun. Padahal isinya itu dibuat
langsung dari Allah, bukan manusia. Seakan-akan Al-Qur’an itu dirumahnya hanya
seperti pajangan saja yang tertumpuk hingga berdebu menandakan bahwa Al-Qur’an
itu jarang sekali di baca. Dan terlihat lagi remaja-remaja muslim sekarang ini
lebih banyak mendatangi acara-acara konser musik yang hingar bingar dari pada
mendatangi tabligh Akbar maupun pengajian-pengajian. Hanya sebagian kecil
remaja saja yang tetap berpegang teguh pada agamanya. Karena zaman sekarang,
sebagian remaja beranggapan bahwa sesuatu yang sangat jauh melenceng dari agama
itu dianggap gaul, keren. Trend atau sebagainya. Sedangkan sesuatu yang mendekatkahn
diri pada pada agamanya di anggap kampungan, cupu, kuno atau sebagainya. Dan
hanya sebagian kecil remaja saja yang tetap teguh menjalankan perintah-Nya.
Setelah aku selesai melihat sebagian
kecil dari gambaran tadi, pemuda itu langsung menutup semua rekamannya
“Bagaimana? Apakah Anda sudah dapat menyimpulkannya sendiri?” tanya pemuda itu
kepadaku.
“Saya
paham sekarang! Bahwa yang di maksud manusia langka ialah sosok yang patut
dicontoh dan diteladani itu jumlahnya sangat sedikit. Sesuatu yang baik dan
benar itu sedikit sekali pengikutnya, sedangkan sesuatu yang salah dan
melenceng itu sangat banyak sekali pengikutnya. Apabila tidak dipertahankan dan
dikembangkan, sesuatu yang baik itu akan langka bahkan punah sama sekali dan
itu pasti akan terjadi, entah itu kapan masanya. Hanya kita yang dapat
menentukan nasib kita sendiri. Tinggal pilih, mau berubah atau punah!” jawab
aku menyimpulkan.
“Benar!
Itu semua sangat bisa di interpretasikan!” tutup kata pemuda itu singkat.
0 komentar:
Posting Komentar