Karya : Dennis Maulana
Aku adalah
orang yang penyendiri. Sering kali aku menjauhkan diri dari pergaulan anak muda
zaman sekarang yang banyak memberikan dampak negative pada diri. Aku tidak
ingin terbuai oleh manisnya dunia. Sering kali aku dibilang cupu, kolot,
kampong dan sebagainya oleh teman-temanku. Mungkin karena aku sering menjauhkan
dari keindahan dunia yang semu hanya untuk beribadah kepada-Nya demi memperoleh
keindahan yang sesungguhnya yaitu kehidupan yang kekal abadi. Sehingga aku
dibilang tidak gaul oleh mereka bahkan tak sedikit teman-temanku yang menjauh
dariku.
Dari sekian
banyak teman yang aku punya, tiada satu pun yang sama sikapnya seperti aku.
Terbilang aku adalah pribadi yang selalu kesepian. Tapi dibalik semua itu,
sesungguhnya aku tidaklah kesepian. Karna aku masih punya Allah. Dia-lah yang
selalu menemaniku dalam suka maupun duka. Dia yang selalu menemaniku dikala
tiada sosok orang pun yang menemani, hanya Dia-lah yang membuatku merasa tak
kesepian.
Hari mulai
senja, suara panggilan-Nya telah berkumandang menghiasi setiap telinga yang
mendengarnya. Suara panggilan-Nya berlarian diatas langit secepat kilat
memasuki tiap-tiap sudut rumah.. membangunkan yang terlelap, mengingatkan yang
lupa, serta mengajak mereka yang senantiasa tertuju pada-Nya untuk
berbondong-bondong mendatangi rumah-Nya.
Lain hal
dengan mereka yang seakan telinganya tertutup tak mengizinkan alunan-Nya yang
indah berasal dari rumah-Nya untuk masuk ke telinganya dan seakan hatinya
tertutup tak tertuju pada-Nya. Sebenarnya, apa yang ada dibenak pikiran mereka?
Apakah mereka tak mau mengenal Tuhannya yang patut mereka sembah? Apakah mereka
mengira bahwa dirinya akan selalu bernafas? Apakah mereka menganggap remeh
pedihnya siksa di akhirat kelak?
Keesokan
harinya sekitar pukul 04:00 sore, aku dan hatiku berjalan-jalan ke taman untuk
menikmati keindahan alam yang diciptakan oleh-Nya. Disaat kaki ini menginjak
tanah, lalu aku menunduk kebawah melihatnya. “apakah kau memikirkan sesuatu
ketika melihat tanah itu?” Tanya hatiku. “ ya, aku memikirkan sesuatu melihat
tanah itu” jawab aku. “apa yang kau pikirkan?” Tanya lagi hatiku. “suatu saat,
entah itu kapan datangnya, raga ini akan berada didalamnya” jawab aku merenung.
“lalu, apa yang akan kau persiapkan sebelum hari itu tiba?” Tanya hatiku lagi.
“aku akan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya agar ketika aku dipanggil oleh Sang Pencipta,
raga ini tetap utuh dari cacing dan ular yang ingin melahab ragaku dan senantiasa
terang dan damai didalamnya ditemani oleh amal-amal baikku.” Jawab aku.
Tak terasa
perut ini seakan memanggil untuk minta diisikan makanan, aku langsung pulang
kerumah. Namun ternyata ibuku tak masak hari ini. Langsung saja aku membeli mie
instan di warung untuk di rebus. Ketika aku ingin membuang air bekas rebusan
mie, tak sengaja aku terkena cipratan air yang mendidih itu. Tak tahan aku
menahan rasa sakit “ Ya Allah, ini baru terkena air panasnya dunia bukan main
panasnya, bagaimana panasnya neraka yang berkali-kali lipat dari panasnya
dunia, ampunilah aku Ya Rabb” gumam aku sambil memegang kaki yang habis terkena
cipratan air panas.
Seusai
melaksanakan ibadah shalat Isya, sekitar pukul 19:30, aku pergi keluar sebentar
dengan menaiki sepeda untuk membeli lampu kamarku yang sudah putus. Sepanjang
jalan aku melihat banyak laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya sedang
berdua-duan ditempat gelap. Aku baru ingat ternyata mala mini malam minggu.
Malam yang ditunggu oleh kaum muda. Melihat mereka yang sedang berdua-duaan
membuatku mengelus dada. Apakah mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan itu
adalah perbuatan maksiat?. Jangankan menyentuhnya, bertatapan dengan wanita
yang buka muhrimnya saja sudah termasuk zina mata. Aku yakin, jika dosa manusia
dapat terlihat betapa banyaknya, pasti tidak ada manusia yang berani berbuat
dosa.
“Ya Allah,
lindungilah aku dari gelapnya dunia, jauhkanlah aku dari segala perbuatan dosa
dan maksiat. Kuatkanlah Imanku, tingkatkanlah ketaqwaanku pada-Mu” dalam
hatiku. Aku harus kuatkan imanku. Keindahan dunia memang nikmat dirasakan ,
tetapi keindahan di akhirat kelak jauh lebih nikmat dari dunia. Dunia hanyalah
keindahan yang semu, keindahan yang sesungguhnya hanyalah diakhirat kelak.
Dunia laksana penjara bagi orang yang beriman, dunia laksana surga bagi orang
yang kafir. Aku berlindung hanya kepada Allah SWT.
Sesampainya
dirumah, aku langsung mengisi waktu luang untuk membaca Al-Qur’an yaitu imamnya
umat manusia. Kadang aku sedih melihat Al-Quran yang hanya menjadi pajangan
saja sampai berdebu menandakan bahwa Al-Quran itu jarang sekali dibaca. Mengapa
kebanyakan orang lebih menyukai membaca buku hasil karya manusia yang begitu
tebal, mereka pun setia membacanya sampai habis. Dan mengapa 1 halaman Al-Quran
saja mereka enggan untuk membacanya, padahal Al-Quran itu berisi petunjuk
kehidupan manusia yang langsung dari Allah bukan manusia. Mungkin seandainya
Al-Quran dapat berbicara, pasti ia akan sedih karna jarang dibaca dan diamalkan
oleh manusia uang mengaku beragama Islam.
Beginilah
kehidupan, ada cahaya dan ada kegelapan. Jika kita mengikuti Cahaya niscaya
hidup kita akan terang benderang. Namun sebaliknya jika kita mengikuti gelapnya
dunia niscaya hidup kita akan terasa begitu gelap. Semoga kita semua adalah
Insan yang selalu mengikuti cahaya dari-Nya yang akan membawa hidup kita kea
rah yang lurus dan terang benderang baik itu di dunia maupun di akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar