Cahaya dan Kegelapan

Minggu, 28 Oktober 2012
Karya : Dennis Maulana

            Aku adalah orang yang penyendiri. Sering kali aku menjauhkan diri dari pergaulan anak muda zaman sekarang yang banyak memberikan dampak negative pada diri. Aku tidak ingin terbuai oleh manisnya dunia. Sering kali aku dibilang cupu, kolot, kampong dan sebagainya oleh teman-temanku. Mungkin karena aku sering menjauhkan dari keindahan dunia yang semu hanya untuk beribadah kepada-Nya demi memperoleh keindahan yang sesungguhnya yaitu kehidupan yang kekal abadi. Sehingga aku dibilang tidak gaul oleh mereka bahkan tak sedikit teman-temanku yang menjauh dariku.

            Dari sekian banyak teman yang aku punya, tiada satu pun yang sama sikapnya seperti aku. Terbilang aku adalah pribadi yang selalu kesepian. Tapi dibalik semua itu, sesungguhnya aku tidaklah kesepian. Karna aku masih punya Allah. Dia-lah yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka. Dia yang selalu menemaniku dikala tiada sosok orang pun yang menemani, hanya Dia-lah yang membuatku merasa tak kesepian.
            Hari mulai senja, suara panggilan-Nya telah berkumandang menghiasi setiap telinga yang mendengarnya. Suara panggilan-Nya berlarian diatas langit secepat kilat memasuki tiap-tiap sudut rumah.. membangunkan yang terlelap, mengingatkan yang lupa, serta mengajak mereka yang senantiasa tertuju pada-Nya untuk berbondong-bondong mendatangi rumah-Nya.
            Lain hal dengan mereka yang seakan telinganya tertutup tak mengizinkan alunan-Nya yang indah berasal dari rumah-Nya untuk masuk ke telinganya dan seakan hatinya tertutup tak tertuju pada-Nya. Sebenarnya, apa yang ada dibenak pikiran mereka? Apakah mereka tak mau mengenal Tuhannya yang patut mereka sembah? Apakah mereka mengira bahwa dirinya akan selalu bernafas? Apakah mereka menganggap remeh pedihnya siksa di akhirat kelak?
            Keesokan harinya sekitar pukul 04:00 sore, aku dan hatiku berjalan-jalan ke taman untuk menikmati keindahan alam yang diciptakan oleh-Nya. Disaat kaki ini menginjak tanah, lalu aku menunduk kebawah melihatnya. “apakah kau memikirkan sesuatu ketika melihat tanah itu?” Tanya hatiku. “ ya, aku memikirkan sesuatu melihat tanah itu” jawab aku. “apa yang kau pikirkan?” Tanya lagi hatiku. “suatu saat, entah itu kapan datangnya, raga ini akan berada didalamnya” jawab aku merenung. “lalu, apa yang akan kau persiapkan sebelum hari itu tiba?” Tanya hatiku lagi. “aku akan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya  agar ketika aku dipanggil oleh Sang Pencipta, raga ini tetap utuh dari cacing dan ular yang ingin melahab ragaku dan senantiasa terang dan damai didalamnya ditemani oleh amal-amal baikku.” Jawab aku.
            Tak terasa perut ini seakan memanggil untuk minta diisikan makanan, aku langsung pulang kerumah. Namun ternyata ibuku tak masak hari ini. Langsung saja aku membeli mie instan di warung untuk di rebus. Ketika aku ingin membuang air bekas rebusan mie, tak sengaja aku terkena cipratan air yang mendidih itu. Tak tahan aku menahan rasa sakit “ Ya Allah, ini baru terkena air panasnya dunia bukan main panasnya, bagaimana panasnya neraka yang berkali-kali lipat dari panasnya dunia, ampunilah aku Ya Rabb” gumam aku sambil memegang kaki yang habis terkena cipratan air panas.
            Seusai melaksanakan ibadah shalat Isya, sekitar pukul 19:30, aku pergi keluar sebentar dengan menaiki sepeda untuk membeli lampu kamarku yang sudah putus. Sepanjang jalan aku melihat banyak laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya sedang berdua-duan ditempat gelap. Aku baru ingat ternyata mala mini malam minggu. Malam yang ditunggu oleh kaum muda. Melihat mereka yang sedang berdua-duaan membuatku mengelus dada. Apakah mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan itu adalah perbuatan maksiat?. Jangankan menyentuhnya, bertatapan dengan wanita yang buka muhrimnya saja sudah termasuk zina mata. Aku yakin, jika dosa manusia dapat terlihat betapa banyaknya, pasti tidak ada manusia yang berani berbuat dosa.
            “Ya Allah, lindungilah aku dari gelapnya dunia, jauhkanlah aku dari segala perbuatan dosa dan maksiat. Kuatkanlah Imanku, tingkatkanlah ketaqwaanku pada-Mu” dalam hatiku. Aku harus kuatkan imanku. Keindahan dunia memang nikmat dirasakan , tetapi keindahan di akhirat kelak jauh lebih nikmat dari dunia. Dunia hanyalah keindahan yang semu, keindahan yang sesungguhnya hanyalah diakhirat kelak. Dunia laksana penjara bagi orang yang beriman, dunia laksana surga bagi orang yang kafir. Aku berlindung hanya kepada Allah SWT.
            Sesampainya dirumah, aku langsung mengisi waktu luang untuk membaca Al-Qur’an yaitu imamnya umat manusia. Kadang aku sedih melihat Al-Quran yang hanya menjadi pajangan saja sampai berdebu menandakan bahwa Al-Quran itu jarang sekali dibaca. Mengapa kebanyakan orang lebih menyukai membaca buku hasil karya manusia yang begitu tebal, mereka pun setia membacanya sampai habis. Dan mengapa 1 halaman Al-Quran saja mereka enggan untuk membacanya, padahal Al-Quran itu berisi petunjuk kehidupan manusia yang langsung dari Allah bukan manusia. Mungkin seandainya Al-Quran dapat berbicara, pasti ia akan sedih karna jarang dibaca dan diamalkan oleh manusia uang mengaku beragama Islam.
            Beginilah kehidupan, ada cahaya dan ada kegelapan. Jika kita mengikuti Cahaya niscaya hidup kita akan terang benderang. Namun sebaliknya jika kita mengikuti gelapnya dunia niscaya hidup kita akan terasa begitu gelap. Semoga kita semua adalah Insan yang selalu mengikuti cahaya dari-Nya yang akan membawa hidup kita kea rah yang lurus dan terang benderang baik itu di dunia maupun di akhirat.

0 komentar:

Posting Komentar